Minggu pagi saya mendapat telepon dari Lia sahabat dekatku semasa kuliah. Dia memberi khabar bahwa kemarin dia baru ke dokter kandungan dan dinyatakan positif hamil. “Halo, selamat pagi Reni. Aku pengin curhat nih. Kemarin sore aku konsultasi ke dokter Indra, dan dia menyatakan aku positif hamil. Dari satu sisi, aku sangat gembira, tetapi terus terang aku juga merasa khawatir, jangan-jangan bayi keduaku ini nanti mengalami hal yang sama dengan Pratama”, katanya dengan nada penuh kekhawatiran. Pratama adalah putera sulung Lia yang kini sudah berusia 9 tahun tetapi belum dapat duduk tegak dan perkembangan intelektualnya pun jauh di bawah anak yang berusia sebaya dengannya. Menurut keterangan dokter Deni, Lia terinfeksi CMV pada saat mengandung anak pertamanya itu, dan hal tersebut berdampak pada bayi yang dilahirkannya yaitu Pratama.Bahaya Infeksi CMV Pada Janin dan Bayi Baru LahirCytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota “keluarga” virus herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai “virus paradoks” karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Pada awal infeksi, CMV aktif menggandakan diri. Sebagai respon, system kekebalan tubuh akan berusaha mengatasi kondisi tersebut, sehingga setelah beberapa waktu virus akan menetap dalam cairan tubuh penderita seperti darah, air liur, urin, sperma, lendir vagina, ASI, dan sebagainya. Penularan CMV dapat terjadi karena kontak langsung dengan sumber infeksi tersebut, dan bukan melalui makanan, minuman atau dengan perantaraan binatang.Seperti anggota keluarga virus herpes lainnya, CMV dapat aktif kembali bila daya tahan tubuh pengidapnya menurun, tetapi pada umumnya tidak memberikan tanda-tanda atau gejala klinis.Infeksi CMV pada janin dan bayi baru lahir (neonatus), merupakan masalah kesehatan yang penting. Di Amerika, infeksi CMV kongenital (bawaan) merupakan kasus yang paling sering ditemukan dan sekitar 40.000 bayi dilahirkan dengan infeksi kongenital setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, lebih dari 8.000 di antaranya mengalami retardasi mental, cerebral palsy (gangguan motorik yang menetap, yang timbul sebelum usia tiga tahun akibat kerusakan pada otak non-progresif), atau yang paling sering adalah terjadinya gangguan pendengaran. Bagaimana Bayi Dapat Tertular CMV ??Janin dan bayi yang baru lahir dapat terinfeksi CMV karena tertular dari ibunya yang baru terinfeksi pada saat hamil. Atau sang Ibu pernah terinfeksi sebelumnya dan pada saat hamil virus menjadi aktif lagi. Atau ia terinfeksi lagi (oleh CMV jenis yang sama atau jenis lain) pada saat hamil.Penularan dari ibu kepada janin atau bayinya dapat terjadi pada saat :
bayi masih di dalam kandungan (infeksi prenatal), dimana virus ditularkan melalui darah/plasenta, yang menyebabkan infeksi kongenital atau infeksi bawaan
proses melahirkan, dimana bayi kontak langsung dengan lendir vagina/serviks sang ibu yang mengandung CMV
setelah lahir (infeksi postnatal), terutama karena kontak dengan ASI dan air liur
Terjadinya penularan dan tingkat keparahan infeksi pada janin dan bayi bervariasi, tergantung tipe infeksi yang terjadi pada ibu. Jika ibu terinfeksi pertama kali pada saat kehamilan (infeksi primer), maka kemungkinan janin tertular sekitar 20-40 %, dan dampak pada janin lebih parah. Sekitar 10-15 % janin yang terinfeksi mengalami gejala klinis pada saat dilahirkan. Bila infeksi pada ibu terjadi sebelum kehamilan, terjadinya penularan kepada janin lebih kecil yaitu 0,2 –2,2 % dan pada umumnya bayi jarang menunjukkan gejala klinis pada saat dilahirkan.Sekitar 2-28 % ibu hamil yang terinfeksi dapat menularkan CMV kepada bayinya melalui lendir vagina/serviks pada saat proses melahirkan. Rata-rata 50 % bayi yang terpapar CMV akan mengalami infeksi dan gejala infeksi muncul pada usia bayi 4-6 minggu.ASI yang terinfeksi mengandung CMV dan dapat menjadi sumber penularan bagi bayi pada saat menyusui. Rata-rata 50-60% bayi yang mengkonsumsi ASI yang mengandung CMV akan terinfeksi. Tetapi karena CMV yang terdapat pada ASI umumnya akibat reaktivasi virus (infeksi sekunder) maka kebanyakan bayi yang tertular tidak sakit karena telah memiliki antibodi dari ibunya.Apakah Bayi Anda Tertular ?Ibu yang terinfeksi pada saat hamil (infeksi primer) merupakan sumber penularan yang sangat membahayakan janin sehingga deteksi infeksi CMV pada ibu hamil sangat penting. Infeksi CMV tidak menyebabkan gejala yang khas, tetapi orang yang terinfeksi CMV akan membentuk antibodi yang spesifik terhadap CMV. Ada 2 jenis antibodi yang dibentuk dan dapat dideteksi di dalam darah penderita yaitu anti-CMV IgM dan anti-CMV IgG. Anti-CMV IgM merupakan antibodi yang pertama kali diproduksi tubuh sebagai respon terhadap infeksi CMV. Anti-CMV IgM muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah terpapar virus. Produksi anti-CMV IgM meningkat dalam waktu singkat, kemudian menurun, dan dalam beberapa bulan kadarnya sangat rendah sehingga tidak terdeteksi. Anti-CMV IgG diproduksi tubuh beberapa minggu setelah infeksi dan akan menetap dalam waktu lama bahkan sepanjang hidupnya. Pada saat infeksi aktif, anti-CMV IgG meningkat kemudian stabil pada saat infeksi mereda, dan kadarnya menurun pada saat virus sudah tidak aktif lagi. Anti-CMV IgG dan anti-CMV IgM dapat digunakan secara bersama-sama untuk membantu memastikan infeksi baru (primer) atau infeksi berulang (sekunder).Ibu hamil dinyatakan mengalami infeksi CMV primer bila hasil pemeriksaan anti-CMV IgG sebelum hamil negatif dan hasil pemeriksaan anti-CMV IgG pada saat hamil positif. Jika hasil pemeriksaan sebelum hamil tidak diketahui, maka diagnosis infeksi CMV dapat dipastikan dengan hasil pemeriksaan anti-CMV IgM dan anti-CMV IgG pada saat hamil yang positif. Pemeriksaan lanjutan kadang-kadang diperlukan untuk memperkirakan kapan infeksi terjadi, yaitu dengan pemeriksaan aviditas anti-CMV IgG. Pemeriksaan ini menggambarkan kekuatan ikatan antibodi CMV dengan antigennya yaitu CMV. Bila hasil pemeriksaan aviditas tinggi, berarti infeksi terjadi sekitar 3 bulan sebelum pemeriksaan. Sedangkan hasil pemeriksaan aviditas yang rendah menunjukkan infeksi baru terjadi dalam waktu kurang dari 3 bulan.Pemeriksaan aviditas anti-CMV IgG perlu dilakukan apabila :
Hasil pemeriksaan anti-CMV IgG dan anti-CMV IgM positif
Pemeriksaan anti-CMV IgG pada awal dan akhir kehamilan berubah dari negatif menjadi positif.
Apabila ibu didiagnosis atau dicurigai terinfeksi CMV dan janin berisiko tinggi terinfeksi CMV, mungkin dokter menganjurkan pemeriksaan antibodi atau deteksi adanya virus pada janin. Sampel yang digunakan biasanya adalah cairan amnion (air ketuban). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik khusus dan diperlukan persyaratan tertentu. Pemeriksaan ultrasonografi secara berkala juga perlu dilakukan untuk memprediksi kerusakan yang terjadi pada janin seperti hidrosefalus (ukuran kepala membesar karena penimbunan cairan), mikrosefalus (ukuran kepala kecil, biasanya berkaitan dengan retardasi mental), atau pengapuran (kalsifikasi) otak.Diagnosis infeksi CMV bawaan (kongenital) paling baik dilakukan pada saat usia bayi di bawah 3 minggu, menggunakan teknik PCR. Hal ini penting karena infeksi bawaan berkaitan dengan long term sequelae (gejala baru muncul setelah usia beberapa tahun) seperti kerusakan saraf pendengaran.Tips Mencegah Infeksi CMV Pada Bayi
Selama hamil, selalu menjaga kebersihan pribadi, termasuk mencuci tangan dengan air dan sabun, serta menghindari penggunaan peralatan makan dan minum secara bersama-sama
Segera menghubungi dokter bila mengalami gejala yang mencurigakan
Melakukan pemeriksaan anti-CMV IgG dan anti-CMV IgM sesuai dengan anjuran dokter
Tidak mencium bayi dan balita di sekitar mulut dan pipi
Referensi :
Stehel EK, Sanchez PJ. Cytomegalovirus Infection in the Fetus and Neonate. Neoreviews 2005, 6(1): e38 – e45
Revello MG, Gerna G. Diagnosis and Management of Human Cytomegalovirus Infection in the Mother, Fetus and Newborn Infant. Clin. Microbiol. Rev. 2002; 15(4) : 680-715
diambil dari :http://prodia.co.id/m_informasi_terkini.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar